BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Fenologi tumbuhan
adalah kalender dari peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupan
tumbuh-tumbuhan seperti waktu pertunasan, waktu pertumbuhan daun baru, waktu
pengguran daun, waktu berbuah, waktu berbunga sertawaktu pertumbuhan diameter
batang. Fenologi dan laju perkembangan suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai
penyusun faktor iklim seperti suhu, panjang hari dan persediaan air. Fenologi pada daerah
tropik memiliki sejumlah ciri-ciri yang khas jika dibandingkan dengan daerah
temperat. Sifat-sifat fenologi yang menentukan kerangka sementara
di mana bahan tersebut mengalami pertumbuhan (Odum, 1998).
Proses pertumbuhan menunjukkan
pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik (irreversibel) yang mencerminkan
pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran
dan jumlahnya bertambah. Pertambahan protoplasma melalui reaksi di mana air, CO2, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup
pembentukan karbohidrat (proses fotosintesis), pengisapan dan gerakan air dan
hara (proses absorbs dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak
dari elemen C dari persenyawaan
organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari
respirasi. Tiga fase utama yang
mudah dikenali yaitu fase logaritmik, fase linier, fase penuaan (Salisbury,1992).
Fase
logaritmik,ukuran bertambah secara eksponsial sejalan dengan waktu. Ini berarti
laju pertumbuhan lambat pada awalnya tetapi kemudian meningkat terus laju
berbanding lurus dengan ukuran organisme, semakin besar organisme semakin
cepat ia tumbuh.
-
Fase linear, pertambahan ukuran berlangsung
secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya. Pada
batang tak bercabang fase linear disebabkan oleh aktivitas yang konstan dari
meristem apikal.
-
Fase penuaan, laju pertumbuhan yang menurun saat
pertumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Dalam fenologi terdapat fase vegetatif dan fase
reproduktif. Fase vegetatif tampak dari
perkembangan akar, batang, dan daun.
Fase ini berhubunga dengan pembelahan sel, pemanjangan sel, dn tahap pertama
diferensiasi. Dalam proses pembalahan sel diperlukan karbohidrat dalam jumlah
yang besar karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari
gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan meristematis pada titik tumbuh
batang daun, ujung akar, dan kambium.
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor abiotik
seperti iklim. Iklim memegang peranan yang penting dalam penentuan jenis
kultivar tanaman yang dibudidayakan dalam penentuan hasil akhir, keberhasilan
produksi tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya iklim seperti penyinaran
matahari, karbondioksida, dan ai secara efisien (anonim, 2007).
Keseimbangan air adalah
faktor iklim utama yang mempengaruhi tumbuhan. Ketersediaan air
menentukan musim-musim pertumbuhan yang mungkin ada. Walaupun demikian suhu
dapat berpengaruh besar terhadap laju pertumbuhan daun dan laju perkembanga
tanaman di daerah tropik. Fenologi dan laju perkembangan suatu tanaman
tergantung faktor iklim seperti suhu, hara, dan persediaan hara. Sifat-sifat khas fenologi menentukan kerangka sementara
dimana bahan kering didistribusikan keberbagai bagian tanaman. Titik-titik
kardinal fenologi jagung yang diakui secara luas adalah perkecambahan, inisiasi
bunga, pembuangan (antesis dan perambuatan), dan kemasakkan fisiologi. Untuk
jagung-jagung didaerah tropik, penanaman sampai pemasakan biji ditentukan oleh
; suhu, ketersedian lengas, pengiliran tanaman, dan kebutuhan ketersdian pangan
yang tepat waktu. Laju perkecambahan akan menurun dengan menurunnya potensial
lengas tanah. Suhu tanah 26 – 300 C adalah optimun pada waktu
perkecambahan semai awal (Dirjen Dikti, 1987)
B.MASALAH
Bagaiman
tahapan atau proses pertumbuhan pada biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) dari fase vegetatif (Germinasi) hingga fase
generatif selama 7-8 minggu pengamatan ?
C.TUJUAN
Untuk mengamati tahapan atau proses pertumbuhan kacang
hijau (Phaseolus radiatus) dari fase vegetatif (germinasi) hingga fase generatif
selama 7-8 minggu pengamatan.
BAB
II
METODOLOGI
A.WAKTU DAN TEMPAT
Waktu/Tanggal : 10.00 WIB- selesai / 27 November
2012
Tempat : Laboratorium Biologi
FKIP UNTAN
B.ALAT DAN BAHAN
ALAT
Alat yang digunakan adalah
penggaris, pot, benang, dan alat tulis
BAHAN
Bahan yang digunakan adalah biji kacang hijau, tanah
dan air.
C. PROSEDUR
PENGAMATAN/CARA KERJA
1.
Praktikum ini dilakukan
bersamaan dan menggunakan praktikum pengaruh faktor iklim terhadap pertumbuhan
tanaman.
2.
Dicatat perkembangan
semenjak tahap germinasi, saat kotiledon mulai tampak, saat daun pertama
muncul, saat pertumbuhan daun masa vegetatif, saat mulai reproduktif. Agar tidak
kehilangan periode tersebut pengamatan dilakukan setiap hari.
3.
Dicatat data temperature
udara, presipitasi, kelembaban dan cahaya setiap hari. Dicatat hal lain
yang mungkin terjadi.
4.
Dianalisa data dan
dibuat grafiknya.
5.
Dibandingkan fenologi
tanaman kacang hijau dikedua tempat.
BAB III
ANALISIS DATA
A.HASIL PENGAMATAN
Tabel
1 Pengamatan fenologi tanaman kacang hijau daerah naungan
No.
|
hari ke-
|
Pengamatan
|
1
|
1
|
Muncul Kotiledon
|
2
|
3
|
1 daun
|
3
|
5
|
8 daun
|
4
|
23
|
9 daun
|
5
|
37
|
Daun gugur 2
|
6
|
46
|
Daun ada yang layu
|
7
|
52
|
Batang ada yang patah
|
9
|
56
|
Tanaman layu
|
Tabel
2 Pengamatan fenologi tanaman kacang hijau daerah lapangan
No.
|
hari ke-
|
Pengamatan
|
1
|
1
|
Muncul Kotiledon
|
2
|
5
|
2 daun
|
3
|
23
|
10 daun
|
4
|
29
|
11 daun
|
5
|
41
|
14 daun
|
6
|
56
|
Tumbuhan mulai
berbunga
|
B.PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum fenologi
terhadap pertumbuhan Phaseolus radiatus
yang meliputi fase pertunasan, munculnya daun baru, pengguguran daun, waktu
berbunga dan berbuah selama 2 bulan pada kondisi naungan dan lapangan.
Berdasarkan hasil pengamatan, fenologi kedua tempat tersebut berbeda. Terlihat
dari tabel 1 dan 2. Lama hidup kacang hijau di naungan lebih lama dibandingkan
di lapangan terbuka. Namun kacang hijau di naungan tidak sempat berbunga
walaupun umurnya lebih panjang dibanding kacang hijau di lapangan terbuka.
Adapun fase-fase pertumbuhan yang dapat kami amati pada
praktikum kali ini adalah fase Germinasi, Perkecambahan sampai pada keluarnya
daun satu persatu. Awal pertumbuhan biji kacang hijau adalah pada saat biji
kacang hijau melakukan imbibisi, yaitu penyerapan air oleh biji kacang hijau.
Proses imbibisi ini akam mengaktifkan enzim-enzim pertumbuhan yang sebelumnya
mengalami dormansi. Perkecambahan tergantung pada imbibisi
yaitu penyerapan air akibat potensi air
yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabakan biji kacang hijau mengembang dan memecahkan
kulit dan memicu perubahan metabolik pada embrionya yang menyebabkan biji
tersebut melanjutkan pertumbuhan. Setelah
proses imbibisi ini, maka fase pertumbuhan mulai berjalan dengan bantuan dan
dukungan faktor-faktor abiotik seperti cahaya, hara dan air. Awal pertumbuhan
dimulai dari terbelahnya kotiledon yang akan memunculkan tunas-tunas akar
batang, daun. Pengamatan fenologi tumbuhan meliputi bagaimana perkembangan
tumbuhan baik itu fase Vegetatif sampai fase generatif. Enzim
akan mulai mencerna bahan yang disimpan pada kotiledon dan nutriennya berpindah
ke bagian embrio yang sedang tumbuh adapun organ yang muncul dari biji
berkecambah adalah radikula yaitu akar embrionik. Epikotil menyebabkan helai daun
pertama melebar dan bewarna hijau dan mampu berfotosintesis.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, pada minggu pertama
daun dan biji mulai berkecambah dengan munculnya kotiledon. Pada minggu ke 2,
daun bertambah menjadi 7-8 lembar. Penamabahan daun terus terjadi dari hari ke
hari 5 sampai batas pengamatan selama 8
minggu dan terjadi pengguguran oleh beberapa tanaman pada hari ke 37 atau pada
minggu ke 4. Setelah tumbuh daun, pada minggu ke 6 sudah muncul bunga dengan
jumlah daun sebanyak 14 lembar. Dari
tabel 2, dapat dilihat bahwa ternyata jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman
daerah naungan lebih banyak jika dibandingkan jumlah daun yang dihasilkan pada
tabel 1. Di lapangan terbuka, tanaman
akan lebih banyak mendapatkan asupan cahaya matahari yang mengaktifkan beberapa
enzim pertumbuhan dibandingkan dengan tanaman dinaungan.
Seperti yang telah diketahui bahwa cahaya
matahari dapat bertindak sebagai faktor pembatas. Terlihat dari keadaan tanaman
di lapangan terbuka yang usianya panjang namun tidak sempat berbunga, daunnya
layu dan lama-kelamaan mati. Hal ini berkaitan dengan lebih lamanya penyinaran
di lapangan terbuka dibandingkan di naungan, yang mungkin merupakan daerah yang
cocok untuk pertumbuhan kacang hijau. Tanaman yang di lapangan terbuka dapat menghasilkan atau mengolah
makanannya secara optimal karena ditunjang oleh cahaya matahari yang cukup
untuk berfotosintesis sehingga pertumbuhan daun dapat dibentuk sebaliknya
tanaman yang ditanam di naungan lebih lama memasuki stadium ini karena
kurangnya cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis karena terhalang oleh
kanopi pohon. Selain itu faktor lain yang menyebabkan di daerah naungan
perkembangannya lama yaitu tingkat kelembaban yang tinggi dan temperatur yang
rendah. Keadaan ini menyebabkan daerah hutan baik untuk proses perkecambahan
tetapi tidak mendukung untuk proses pembentukan bunga dan buah.
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Fenologi
kacang hijau (Phaseolus radiatus)
yang ditanam pada lapangan terbuka berbeda dengan yang di naungan.
2. Pertumbuhan
kacang hijau (Phaseolus radiatus)
meliputi fase vegetatif dan fase generatif. Fase generatif merupakan peralihan
antara tunas vegetatif menjadi meristem jaringan bunga.
3. Perkecambahan
kacang hijau (Phaseolus radiatus)
dipengaruhi oleh faktor internal yakni imbibisi (penyerapan air).
4. Faktor
iklim seperti suhu dan cahaya mempengaruhi fenologi tumbuhan
5. Perkembangan
pertumbuhan tanaman yang berada didaerah lapangan terbuka lebih baik jika
dibandingkan dengan tanaman yang berada dinaungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Analisa
Vegetasi. http://www.nakertrans.go. id/. Diakses 15 Januari 2010
Dirjen Dikti. 1987. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta: UGM Press.
Fitter dan
Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Michael, P.
1997. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan
Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar
Ekologi. Yogyakarta : UGM Press.
Rima,Tri. S, dkk.
2003. Buku Ajar Ekologi Umum. Pontianak : Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura.